Secara mengejutkan, Timnas Indonesia yang turun dengan kekuatan penuh justru hanxur di markas Australia. Misi tiga poin di tanah Kanguru gagal total dengan permainan total football ala Patrick Kulivert.
***
BERINTI.ID, Jakarta - Timnas Indonesia pulang dengan dinaungi awan hitam usai kalah dari Australia 1-5.
Timnas Indonesia bertandang ke markas Australia dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Datang dengan permainan total football, anak buah Patrick Kluivert malah gagal total.
Lalu apa yang menyebabkan Timnas Indonesia di tangan Patrick Kluivert hancur lebur di tanah Kanguru? Simak ulasannya berikut ini.
1. Formasi sama, pendekatan berbeda
Patrick Kluivert memainkan formasi 3-4-1-2, formasi yang sama seperti Timnas Indonesia di era Shin tae-yong.
Bedanya, Patrick Kluivert mengusung pendekatan berbeda. Jika Shin Tae-yong memainkan permainan pasif dan lebih mengandalkan serangan balik, Patrick Kluivert tidak.
Patrick Kluivert justru meminta Kevin Diks dan kawan-kawan bermain agresif sejak awal.
Namun, strategi ini hanya berlaku di menit-menit awal saja. Setelah itu, permainan Timnas Indonesia jadi tak beraturan dan meninggalkan banyak lubang di beberapa lini.
2. Petaska di balik garis pertahanan tinggi
Mungkin banyak penonton yang merasa heran mengapa pemain belakang Timnas Indonesia bisa naik jauh meninggalkan pos.
Itu karena Patrick Kluivert memainkan permainan terbukan dengan garis pertahanan tinggi untuk menekan.
Namun, lagi-lagi strategi ini gagal total. Garis pertahanan tinggi justru menjadi bahan eksploitasi Australia sehingga Maarten Paes harus memungut bola lima kali dari gawangnya sendiri.
3. Lini tengah minim kreasi
Keputusan menduetkan Nathan Tjoe A-On dengan Thom Haye bukanlah keputusan buruk. Namun, yang terjadi di lapangan, kedua pemain minim kreatifitas dalam membangun serangan.
Nathan dan Thom terlihat lebih sibuk membantu pertahanan yang terbuka lebar ketimbang menyuplai bola kepada Ole Romeny, Rafael Struick, dan Marselino Ferdinan.
4. Striker tanpa suplay bola manja
seperti disebutkan tadi bahwa Thom Haye dan Nathan kurang kreatif dalam membangun serangan. Ini menyebabkan Ole Romeny sebagai striker jarang mendapatkan servis.
Pada beberapa momen pemain Oxford United itu terlihat berjuang sendiri dengan mengandalkan kualitas individu yang dia miliki.
Tak jarang ia juga turun jauh ke bawah untuk menjemput bola.
5. Gagal antisipasi bola mati
Entah masalah ini terfikirkan oleh Patrick Kluivert sebelum laga atau tidak. Cuma yang jelas cara pemain Timnas Indonesia mengantisipasi bola mati sangat buruk.
Buktinya dua dari lima gol Australia justru tercipta dari set piece atau situasi bola mati.
Yakub M. Kau
Pura pura penulis.