TikTok Logo X Logo
Logo
Hulonthalo

Cerita Korban Banjir Kota Gorontalo Sebulan Tinggal di Tenda Pengungsian: Disini Seperti Penjara

Interview with microphones Potret kehidupan Maryam dan Yunus di tenda pengungsian (Ade/berinti.id)

Yunus Ibrahim dan Maryam Ali telah bertahan di tenda pengungsian selama sebulan. Pasangan suami istri ini kehilangan tempat tinggal akibat banjit yang melanda Kota Gorontalo bulan Agustus lalu.

BERINTI.ID - Yunus Ibrahim (65), Maryam Ali (52), warga Kelurahan Botu, Kecamatan Dumbo Raya, Kota Gorontalo tak menyangka harus kehilangan tempat tinggal akibat banjir pada bulan Agustus kemarin.

Keduanya kini mengungsi dengan membuat tenda seadanya tidak jauh dari rumah mereka sebelumnya. Total ada 10 orang yang terdiri dari tiga keluarga di tenda pengungsian itu.  

Maryam Ali nampak terpukul dengan banjir yang telah merusak tempat tinggalnya. Sudah hampir sebulan, ia bertahan di tenda  pengunsian sejak kejadian banjir pada 13 Agustus kemarin.

Maryam bercerita, pada 13 Agustus 2024 banji melanda sebagian besar wilayah Kota Gorontalo, termasuk Kelurahan Botu. Volume banjir yang besar merusak tempat tinggalnya dan hanya menyisakan satu ruang kamar beserta lemari dan kasur.

Selama tinggal di Kelurahan Botu, Maryam mencatat banjir tahun ini adalah yang kesembilan kalinya terjadi. Berbeda dengan bajir sebelumnya, banjir tahun ini benar-benar besar sampai menjebol tanggul.

"Dari tanggal 13 Agustus saya sudah di tenda. Pemerintah sudah kasih bantuan seperti selimut, sembako, tempat tidur. 

"Rumah saya jauh dari sungai, sekitar 40 meter lebih dari sungai. Tahun 2020 banjir kedelapan belum apa-apa, nanti banjir ke sembilan [2024] baru tanggul jebol sekalian rumah saya hanyut," kata Maryam.

Ada bantuan rumah, tapi harus punya tanah dulu

Maryam bercerita kehidupannya di pengungsian berlangsung apa adanya. Suami Maryam, Yunus Ibrahim pun tak bisa berbuat banyak. 

Yunus sebelumnya bekerja sebagai tukang. Namun, sekarang, Yunus belum bisa bekerja lagi karena masih dalam masa pemulihan pascaoperasi.

"Kondisinya disini tidak nyaman. Kalau hujan tergenang, kalau panas, panas skali. Kalau siang kita berteduh di bawah pohon," ujarnya.

Sejauh ini Maryam mengaku sudah mendapat tawaran bantuan rumah dari pemerintah. Namun, sayaratnya, Maryam harus punya tanah sendiri terlebih dahulu. Syarat ini dirasa berat oleh Maryam.

"Katanya ada [bantuan rumah]. Dia suru sediakan tanah dulu." 

Maryam juga sempat mendapat tawaran tinggal di Rusunawa Kota Gorontalo bahkan di hotel, tapi ditolak dengan alasan cucunya akan semakin jauh dari sekolah. Suaminya pun akan kesulitan bekerja lantaran tidak punya kendaraan.

"Kasian anak-anak sekolahnya kejauhan, apalagi mereka cuma jalan kaki," tutur Maryam.

Seperti tinggal di penjara

Tinggal di tenda pengunsian cukup lama membuatnya selalu dihantui  rasa tidak aman. Maryam mengaku ingin sekali keluar dari pengungsian, tapi bingung harus ke mana. 

Ingin sekali Maryam menerima bantuan rumah, tapi ia juga bingung harus dapat tanah dari mana. 

"Saya ingin sekali keluar dari pengungsian ini, tapi bagaimana saya bisa dapat tanah supaya bisa dapat [bantuan] rumah." 

"Disini seperti tinggal di penjara, itu pun di penjara masih enak."

Jadi intinya, sepasang suami istri ini tak ingin kehidupan mereka berlanjut di tenda pengungsian. Tapi apa daya, mau ambil bantuan rumah, tapi harus punya tanah dulu.


Tags:
×

Search

WhatsApp Icon Channel WhatsApp