Selama dua dekade, Sofyan Jusuf, pria tunarungu di Gorontalo, setia menjaga SDN 6 Kota Barat meski bergaji kecil. Kini, pengabdian dan ketulusannya berbuah manis setelah ia resmi diangkat sebagai PPPK Paruh Waktu oleh Pemerintah Kota Gorontalo.
***
BERINTI.ID, Gorontalo — Di balik bangunan sederhana SDN 6 Kota Barat, Kota Gorontalo, ada sosok yang selama dua dekade terakhir setia menjaga sekolah itu tanpa kenal lelah.
Namanya Sofyan Jusuf, pria berusia 58 tahun yang menyandang tunarungu. Setelah 20 tahun mengabdikan diri, kini ia resmi diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Paruh Waktu.
Kisah pengabdian Sofyan bermula pada tahun 2005. Saat itu, ia hanyalah buruh bangunan yang membantu merenovasi ruang kelas di sekolah tersebut.
Tak lama kemudian, kepala sekolah melihat kesungguhan dan kejujurannya, lalu memintanya untuk tetap bekerja sebagai penjaga sekaligus petugas kebersihan sekolah.
Sejak saat itu, Sofyan tak pernah berhenti menjaga sekolah kecil di kawasan barat Kota Gorontalo itu.
Meski memiliki keterbatasan pendengaran, Sofyan tak pernah menjadikannya penghalang. Setiap pagi sebelum para murid tiba, ia sudah lebih dulu menyapu halaman, membersihkan ruang kelas, dan menata taman agar tampak rapi.
"Awalnya itu saya hanya buruh bangunan di sini, saat itu tahun 2005, dan kebetulan ada kepala sekolah yang mengangkat saya untuk bersih-bersih di sini," kata Sofyan saat ditemui di sekolah, Selasa, 7 Oktober 2025 pagi.
Perjalanan hidupnya tak mudah. Di awal pengabdiannya, ia hanya menerima upah Rp150 ribu per bulan, jumlah yang nyaris tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, Sofyan bertahan. Baginya, tanggung jawab dan rasa cintanya terhadap sekolah jauh lebih penting dari besar kecilnya gaji.
Beberapa tahun terakhir, gajinya meningkat menjadi Rp750 ribu per bulan. Meski begitu, ia tetap tidak pernah mengeluh.
"Yang penting saya bisa kerja dan sekolah tetap bersih. Bagi saya, gaji seperti itu sudah cukup untuk kebutuhan saya sendiri," tulis Sofyan saat menjawab pertanyaan melalui tulisan.
Kini, setelah dua puluh tahun bekerja dengan penuh ketulusan, jerih payah Sofyan berbuah manis. Pemerintah Kota Gorontalo menetapkannya sebagai PPPK Paruh Waktu.
Status barunya itu menjadi bentuk penghargaan atas dedikasi panjangnya menjaga lingkungan sekolah.
Meskipun belum menerima SK dan belum dilantik secara resmi, Sofyan tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Ia masih datang paling pagi dan pulang paling sore, memastikan sekolah tetap bersih seperti dua dekade terakhir.
Sofyan hidup seorang diri. Ia belum berkeluarga dan menempati ruang kecil di area sekolah. Hanya pada akhir pekan, ia pulang ke rumah keluarganya di Telaga Biru, jarak yang cukup jauh dari tempatnya bekerja.
Untuk mobilitasnya, Sofyan mengandalkan sepeda tua yang setia menemaninya selama bertahun-tahun.
Kehidupan Sofyan memang sederhana, tetapi semangat dan ketulusannya menjadi teladan bagi banyak orang di sekolah itu.
Bagi para guru, Sofyan bukan hanya penjaga sekolah, melainkan sosok yang menunjukkan arti kerja keras dan pengabdian tanpa pamrih.
Setiap kali bel sekolah berbunyi dan anak-anak berlarian di halaman, Sofyan selalu tersenyum. Ia memang tidak bisa mendengar tawa mereka, tetapi ia bisa merasakannya—karena di sekolah itulah seluruh hidup dan cintanya tertambat.
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur telah terangkat PPPK. Gaji alhamdulillah sudah bertambah dan beban hidup sudah mulai ringan," ujarnya menutup wawancara.
Sebuah kisah sederhana dari Gorontalo ini menunjukkan, meski tak bisa mendengar dunia, Sofyan Jusuf membuat dunia mendengar ketulusannya.
Husnul Puhi
Berawal dari semangat menyuarakan kebenaran, Husnul Puhi terjun ke dunia jurnalistik sejak 2022 dan pernah berkarier di media nasional yang membentuk perspektifnya dalam menyampaikan informasi dan memperkuat tekadnya menjadi suara bagi publik.