TikTok Logo X Logo
Logo
Hulonthalo

Kenali Cara Penularan Penyakit Leptospirosis yang Sudah 57 Kasus di Gorontalo, Dinkes Imbau Warga Berhati-hati

$detailB['caption'] Ilustrasi penyebaran Leptospirosis di Gorontalo (Kolase Berinti.id)

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Gorontalo melaporkan adanya peningkatan kasus leptospirosis di wilayahnya. Hingga saat ini, sudah tercatat sebanyak 57 kasus yang tersebar di kabupaten dan kota di Gorontalo. Dinkes mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap penyebaran penyakit ini.

BERINTI.ID, Gorontalo - Penyakit Leptospirosis kian bertambah di Provinsi Gorontalo sejak terhitung pada beberapa bulan terakhir. 

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat ditularkan melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus. 

Bakteri ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka, selaput lendir, atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Gorontalo, dr Jeane Istanti Dalie menjelaskan, Leptospirosis sering muncul di daerah dengan curah hujan tinggi, terutama saat musim hujan. 

"Hewan seperti tikus lebih aktif di musim hujan, sehingga risiko penyebaran bakteri leptospira juga meningkat," ungkap saat ditemui di ruang kerjanya. 

Lantas bagaimana penyakit Leptospirosis bisa menular ke manusia maupun hewan lainnya? 

Menurut dr Jeane, penyakit Letospirosis ini belum terbukti dapat menular dari manusia yang terinfeksi ke manusia lain yang belum terinfeksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi Gorontalo, penyakit tersebut cara penularannya baru melalui tikus ke manusia bahkan ke hewan lainnya. 

"Kalau dari manusia saat ini belum ada, masih lebih ke hewannya. Jadi, dari tikus bisa menular langsung ke manusia bahkan ke hewan lainnya," jelasnya. 

Kenali gejala Leptospirosis

Ia juga menjelaskan, gejala Leptospirosis saat terkontaminasi ke manusia maupun hewan lainnya. Gejalanya adalah munculnya kulit yang berwarna kuning. 

Selain itu, gejala Leptospirosis bervariasi, mulai dari demam, sakit kepala, nyeri otot, hingga penyakit yang lebih serius seperti gagal ginjal, meningitis, dan gangguan pernapasan. Jika tidak segera ditangani, Leptospirosis dapat berakibat fatal.

Dengan begitu, Dinkes Provinsi Gorontalo mengimbau ke masyarakat yang memiliki hewan peliharaan, terutama bermukim di wilayah banjir untuk lebih berhati-hati terhadap penyakit ini. 

"Jadi untuk masyarakat yang memiliki hewan peliharaan dan tinggal di daerah rawan banjir harus lebih berhati-hati terhadap penyakit ini," timpalnya. 

"Kami juga meminta masyarakat segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala yang mencurigakan," tambahnya. 

Imbauan Dinkes Provinsi Gorontalo

Dinkes Provinsi Gorontalo mengimbau warga untuk menghindari kontak langsung dengan genangan air ataupun lumpur yang berpotensi terkontaminasi dengan kotoran tikus. 

Warga juga perlu menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini untuk mengantisipasi perkembang biakan tikus. 

Untuk menghadapi peningkatan kasus ini, pihak Dinkes terus menyosialisasikan dan mengedukasi kepada masyarakat mengenai cara-cara pencegahan Leptospirosis. 

Masyarakat diharapkan bisa lebih waspada dan aktif dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar, guna mencegah penyebaran penyakit Leptospirosis yang lebih luas.

Jadi intinya, penyakit Leptospirosis ini bisa saja bertambah di Provinsi Gorontalo jika masyarakat tak mengantisipasi sejak dini. Warga juga perlu mengenali gejala dan cara penularannya. (*)


×

Search

WhatsApp Icon Channel WhatsApp