TikTok Logo X Logo
Logo
Hulonthalo

Kilas Balik Malam Qunut di Batudaa: Dari Adu Kebal hingga Tradisi Kacang dan Pisang yang Tak Terlupakan

$detailB['caption'] Warga menjual kacang dan pisang di malam qunut (Berinti.id/Husnul Puhi)

Malam qunut di Batudaa, Kabupaten Gorontalo menjadi momentum setahun sekali yang paling ditunggu-tunggu masyarakat. Ternyata, tradisi yang hanya ada setiap bulan Ramadan ini memiliki latar belakang cerita yang kuat dan terus terawat. Bagaimana sejarahnya? 

***

BERINTI.ID, Kabupaten Gorontalo - Malam Qunut di Lapangan Porbat, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo menjadi momentum yang dinanti-nanti masyarakat setiap bulan Ramadan. 

Sama seperti di beberapa daerah, perayaan malam qunut di Lapangan Porbat, Batudaa juga dimulai pada malam ke-15 Ramadan dengan menghadirkan beragam budaya unik yang telah berlangsung turun-temurun. 

Malam qunut selalu identik dengan kacang dan pisang. Ternyata ada cerita menarik di balik itu. Mau tahu cerita menariknya? Simak artikel ini sampai selesai, ya.

Adu kebal hingga tradisi kacang dan pisang

Syamsudin Ahmad, pemangku adat setempat berusia 79 tahun menceritakan asal usul tradisi malam qunut di Lapangan Porbat Batudaa. 

Pada zaman dahulu para pemuda yang bermukim di wilayah pegunungan turun untuk mandi kebal di sebuah bak mandi yang berada di Lapangan Porbat. 

Untuk mandi kebal di bak tersebut, para pemuda harus membayar 5-20 sen. Baru setelah tarawih para pemuda baru akan menguji kekebalan tubuh mereka.

"Saat malam qunut tiba mereka turun ke lapangan ini untuk mandi kebal, dan mereka saling uji kekebalan tubuh usai salat tarawih," cerita Syamsudin saat ditemui di Lapangan Porbat pada Jumat, 14 Maret 2025.

Usai beradu ilmu kebal, para pemuda ini akan membeli kacang dan pisang untuk disantap bersama pacar mereka dari dua orang bernama Sede dan Koro. Keduanya juga tinggal di wilayah pegunungan.

Namun, seiring perkembangan zaman yang semakin modern tradisi adu kebal hilang, dan tersisa hanya tradisi membeli kacang dan pisang.

"Dulu peringatan malam qunut, seperti itu perayaannya, tapi sekarang sudah tidak ada lagi uji kebal, hanya beli kacang dan pisang," lanjut Syamsudin. 

Perayaan 7 malam

Syamsudin mengenang perayaan malam qunut di Lapangan Porbat pernah berlangsung selama 7 malam. Itu terjadi di zaman Camat Batudaa, Yusuf Hida. 

Tak disangka ide Yusuf Hida menjadi ladang pencaharian bagi masyarakat luas. Bukan hanya masyarakat Batudaa, tapi masyarakat di luar Batudaa juga ikut berjualan kacang dan pisang di Lapangan Porbat. Bahkan sekarang jajanan yang dijual lebih variatif.

"Zaman Camat Yusuf Hida itu malam qunut pernah dibuat selama tujuh malam, akhirnya sekarang sudah berkurang, tinggal empat sampai tiga malam, tergantung panitianya," imbuhnya.


Mau dapatkan informasi terbaru yang menarik dari kami? Ikut WhatsApp Channel Berinti.id. Klik disini untuk gabung.

Foto Profil

Admin

×

Search

WhatsApp Icon Channel WhatsApp