Di Sumatera Barat, tepatnya di Kota Padang Panjang ada masjid tua yang usianya sudah lebih dari 300 tahun.
BERINTI.ID - Masjid Asasi di Kelurahan Sigando, Kecamatan Padang Panjang Timur, dikenal sebagai masjid tertua di Nagari Gunuang dan Kota Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat.
Keempat masjid ini berada di bawah pengawasan Tuanku Ampek Jurai, yang berperan sebagai majelis ulama setempat.
Memiliki Sembilan tiang utama.
Masjid Asasi memiliki struktur yang unik dengan sembilan tiang utama.
Termasuk satu tiang tonggak macu (tiang sokoguru) dan delapan tiang lainnya mengelilinginya.
Tiang-tiang ini masih asli sejak dibangun, dan pahatan-pahatan dari surau sebelumnya masih terlihat hingga kini.
"Bangunan Masjid Asasi ini memiliki ukiran yang mencerminkan tiga aliran berbeda: Hindu, Cina, dan Minangkabau," kata Azhar Nur, tokoh sepuh Masjid Asasi, dikutip dari infopublik.id.
Pada tahun 1925, ukiran masjid mengalami perubahan oleh Pakiah Tailan dari Nagari Paninjauan.
Meski demikian, ukiran asli yang berwarna kemerahan masih bisa ditemukan.
Dua tingkat ukiran dari tanah liat yang bukan cat biasa.
Dahulu, Masjid Asasi beratapkan ijuk.
Namun sebelum tahun 1900, atapnya diganti dengan seng berundak tiga tingkat berbentuk limas yang memudahkan aliran air hujan.
Selain itu, masjid ini juga memiliki menara untuk azan.
Dulunya terbuat dari seng plat dan berfungsi sebelum adanya pengeras suara modern.
Cerita berdirinya Masjid Asasi
Berdirinya masjid Asasi tidak bisa dilepaskan dari sejarah pengembangan ajaran Islam di Nagari Gunuang.
Penyebaran Agama Islam di daerah ini dipimpin oleh Syekh Sultan Ishak atau Tuanku Daulat.
Ia dikenal mulai menyebarkan ajaran Islam pada akhir abad ke-17.
Makamnya, Pusaro Gadang, masih sering dikunjungi peziarah dari berbagai nagari di Minangkabau, terutama selama bulan Maulid dan Haji.
Pendirian Masjid Asasi berhubungan erat dengan sumber mata air utama di Sigando.
Sigando juga dikenal sebagai “Bulaan,” yang berbentuk kolam dengan ukuran 8 x 10 m dan mata airnya ditutup kayu jati yang kini telah memfosil.
Masjid Asasi bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga merupakan simbol penting warisan budaya dan sejarah di Sumatera.
Pergantian nama Masjid
Masjid Asasi awalnya dikenal sebagai Surau Gadang.
Masjid ini didirikan pada 1685 oleh komunitas dari empat nigari.
Mereka adalah Gunuang, Paninjauan, Jaho, dan Tambangan.
Pada tahun 1702, Surau Gadang resmi diubah menjadi Masjid Asasi.
Selama bertahun-tahun, setiap Jumat, penduduk dari empat nagari ini berkumpul di Masjid Asasi.
Namun, seiring waktu, masjid-masjid baru dibangun di masing-masing nigari.
Menjadikan Nagari Gunuang memiliki empat masjid yakni Masjid Taqwa Ngalau, Masjid Nurul Huda Ganting, Masjid Nurul Iman Ekor Lubuk, dan tentunya Masjid Asasi.
Jadi intinya: Masji Asasi adalah masjid tertua yang berdiri lebih dari 300 tahun yang lalu. Masjid ini juga mencerminkan tiga aliran yakni Hindu, China, dan Minangkabau.
Tomy Z. Pramono