Orang tua calon siswa baru SMA di Gorontalo mengeluh Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB). Sistem zonasi malah dianggap mempersulit bahkan menambah beban biaya. Daftar sekolah dekat rumah, malah diminta ke sekolah yang jauh dari rumah.
***
BERINTI.ID, Kota Gorontalo – Jalur zonasi dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di Kota Gorontalo dikeluhkan oleh sejumlah orang tua calon siswa sekolah menengah atas.
Bukannya mempermudah, sistem ini justru dinilai menambah beban biaya bagi para orang tua.
Banyak orang tua mengadu ke posko pengaduan SPMB karena anak mereka justru diterima di sekolah yang lokasinya jauh.
Padahal saat pendaftaran mereka memilih sekolah yang lebih dekat dengan alamat domisili siswa.
"Anak saya kan, alamatnya di Kelurahan Liluwo. Mendaftar pertama jalur zonasi di SMA 3, tapi lulusnya di SMA 2. Itu kan jauh bila dibandingkan dengan sekolah yang kami daftar pertama," ujar Trianti Katili, salah satu orang tua murid yang datang mengadu ke Posko Pengaduan SPMB, Kamis, 26 Juni 2025.
Menurutnya jalur zonasi dalam SPMB saat ini sudah tidak sesuai. Calon siswa baru malah ditempatkan di sekolah yang jauh dari dengan tempat tinggal.
"Jadi kedatangan saya di posko ini untuk meminta solusi dari panitia atau dinas, karena sistem jalur domisili ini sudah tidak sesuai. Jarak anak saya mau sekolah jauh, itu kan memakan biaya," ujarnya pilu.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Dewi Palowa, seorang wali murid. Ia mendaftarkan keponakannya melalui jalur domisili ke tiga sekolah yang dekat dengan rumahnya, tapi tidak ada satupun yang diterima.
"Di tiga sekolahan itu malah tidak lulus. Terus dia mau sekolah di mana? Malah disuruh mendaftar oleh panitia di SMA 7 dan SMA 8. Saya menolak terkendala dengan biaya transportasi," lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Pendidikan SMA dan Pendidikan Khusus Dikbud Provinsi Gorontalo, Since Ladji, menjelaskan bahwa persoalan itu disebabkan oleh terbatasnya daya tampung di sekolah-sekolah favorit.
"Sebagai contoh di SMAN 1 dan SMAN 3. Banyak calon siswa yang mendaftar di sekolah-sekolah tersebut, sehingga terjadi penumpukan," ungkap Since.
Ia menambahkan bahwa hingga kini masih banyak calon siswa dan orang tua yang menganggap SMAN 1 dan SMAN 3 sebagai sekolah unggulan.
Padahal, pemerintah provinsi telah berupaya untuk menyamakan kualitas pendidikan di seluruh sekolah di Gorontalo.
"Jika pun tidak sama persis, tapi dia mirip. Kami berharap kepada masyarakat semoga bisa memahami kondisi ini, dan anak-anak harus dipastikan untuk melanjutkan sekolahannya," tandasnya.
Husnul Puhi
Menjadi jurnalis sejak tahun 2022 dan pernah menjadi wartawan dimedia nasional