TikTok Logo X Logo
Logo
Hulonthalo

Prabowo Siapkan Rp20 Triliun untuk Renovasi Sekolah, Siswa di Gorontalo Justru Belajar Nomaden hingga Sewa Bangunan Masjid

$detailB['caption'] Masjid tempat siswa SDN 1 Bone Raya, Gorontalo belajar (Husnul Puhi/berinta.id)

Siswa di SDN 1 Bone Raya, Gorontalo terpaksa belajar berpindah-pindah sampai harus menyewa bangunan masjid sebagai sekolah sementara mereka. Kondisi ini sudah berlangsung hampir 5 tahun sejak sekolah mereka diporakporandakan banjir bandang.

***

BERINTI.ID, Gorontalo - Sudah hampir lima tahun siswa di SDN 1 Bone Raya, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo tak memiliki bangunan sekolah tetap. Mereka harus belajar berpindah-pindah tempat sampai menyewa bangunan masjid yang tidak terpakai sebagai sekolah sementara.

Riskawati Pakaya, guru di SDN 1 Bone Raya menceritakan kondisi ini berlangsung sejak tahun 2020 akibat banjir bandang.

Selama hampir lima tahun siswa di sekolahnya belajar nomaden alias berpindah-pindah tempat mulai dari meminjam rumah warga hingga rumah dinas guru.

Dia bilang belajar dengan cara nomaden seperti itu kurang maksimal mengingat kondisi tempat belajar yang memang jauh dari kata layak.

"Sebelumnya sempat pindah-pindah. Pernah memanfaatkan rumah warga, pernah juga memanfaatkan bekas rumah dinas guru yang memang tidak layak," kata Riska. 

"Satu gedung rumah dinas guru kita pakai untuk tiga kelas dan kebetulan ada dua unit," sambungnya.

Ditinggal siswa

Sama seperti sekolah-sekolah negeri lainnya, SDN 1 Bone Raya punya enam rombongan belajar sampai dengan sekarang.

Masalahnya sekarang jumlah siswa di sekolah tersebut hanya menyisakan 61 orang dengan jumlah siswa per kelas tidak sampai 20 orang.

Menurut Riska berkurangnya siswa diakibatkan kondisi sekolah mereka yang rusak sehingga sebagian besar siswa ada yang memilih pindah ke sekolah yang lebih memadai.

"Mereka banyak yang pindah [sekolah] sehingga tinggal sebagian siswa bertahan. Tinggal 61 siswa yang terdaftar di Dapodik, satu kelas itu tidak sampai 20 siswa," ungkap Riska.

Saat ini para siswa di SDN 1 Bone Raya menggunakan bangunan masjid tak terpakai sebagai sekolah sementara. Terhitung sudah enam bulan terakhir mereka menggelar proses belajar mengajar di tempat itu.

Meski tidak layak, Riska dan beberapa guru di sana berusaha meningkatkan kompetensi mereka agar bisa membuat para siswa tetap nyaman belajar meski ditengah kondisi keterbatasan.

"Belajar disini tidak kondusif, fokus anak-anak tidak terpusat, tapi kami berusaha guru-guru yang masuk di komunitas belajar untuk mengembangkan kompetensi kami secara mandiri," ujarnya.

Harapan dapat sekolah baru

Kondisi yang berlangsung lama ini membuat Riska dan teman-teman gurunya berinisiatif meminta bantuan ke pemerintah.

Satu hal yang membuat Riska bersyukur ialah kondisi mereka dilihat oleh anggota DPRD setempat. Mereka dijanjikan akan mendapat bangunan sekolah baru di awal tahun 2025. Bahkan sekolah baru nantinya akan dijadikan sekolah alam pertama di Gorontalo.

Untuk sementara mereka disewakan bangunan masjid yang saat ini mereka pakai dari anggota Komisi I DPRD Bone Bolango selama setahun.

"Kemarin dimotori komisi I DPRD kerja sama dengan pemerintah daerah rencananya mau bangun sekolah lagi awal tahun ini dan akan dijadikan satu-satunya sekolah alam di Gorontalo," kata Riska.

Kondisi yang dialami siswa dan guru di SDN 1 Bone Raya mungkin salah satu potret pendidikan di Indonesia yang masih butuh perhatian khusus.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto sendiri telah menyiapkan anggaran sebesar Rp121 triliun untuk Program hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau Quick Win. Anggaran program ini telah disepakati DPR melalui Undang-Undang APBN tahun 2025.

Program Qiuck Win mencakup tujuh program Prioritas Prabowo-Gibran, salah satunya renovasi sekolah dengan anggaran sebesar Rp20 triliun untuk perbaikan ruang kelas, mebel, dan MCK di 22 ribu sekolah.

Di luar dari itu, menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, pemerintah telah menyiapkan anggaran sekitar Rp17,1 triliun untuk program yang sama.

Anggaran ini tidak hanya merenovasi sekolah negeri, tapi juga untuk sekolah swasta, terutama sekolah-sekolah yang rusak karena bencana alam. Tahun ini pemerintah berencana merenovasi 10.00 sekolah rusak di Indonesia.

Riska berharap apa yang dijanjikan pemerintah bisa segera terealisasi tahun ini. Mereka sangat ingin bersekolah di tempat yang lebih layak dengan fasilitas yang memadai.

"Dari dulu harapan kami seperti itu, kami ingin mendapatkan sekolah yang layak entah itu dari pemerintah daerah, provinsi, maupun pusat," katanya lagi.


Mau dapatkan informasi terbaru yang menarik dari kami? Ikut WhatsApp Channel Berinti.id. Klik disini untuk gabung.

×

Search

WhatsApp Icon Channel WhatsApp