Pada tanggal 23 Januari terjadi beberapa perlawanan rakyat di Indonesia. Berikut beberapa perlawanan rakyat yang terjadi pada tanggal 23 Januari.
***
BERINTI.ID, Gorontalo - Beberapa peristiwa dan bersejarah terjadi pada tanggal 23 Januari.
Di Gorontalo, 23 Januari sering diperingati sebagai Hari Patriotik yang didasari oleh keberhasilan rakyat menggulingkan pemerintahan Belanda.
Di tanggal yang sama, rakyat Luwu juga melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Belanda.
Berinti.id merangkum peristiwa enting dan bersejarah yang pernah terjadi di Indonesia pada tanggal 23 Januari.
Pada 22 Januari 1946, kapal motor Kalolio dan sembilan gudang kopra di pelabuhan Gorontalo hangus terbakar.
Terinformasi kebakaran didalangi Jepang. Namun, dalam tanggomo Manuli disebutkan jika kebakaran ini adalah ulah Belanda.
Kejadian ini menjadi cikal bakal penangkapan orang-orang Belanda yang menduduki Gorontalo.
Tepat pada 23 Januari dini hari, di bawah komando Nani Wartabone dan Kusno Danupoyo, lebih dari 300 orang anggota hulunga bersiap melakukan penangkapan terhadap kepala polisi, Kontrolir, dan pejabat Belanda lainnya.
Paginya, bendera Belanda ditrurunkan, diganti dengan bendera merah putih. Lagu Indonesia Raya pun juga berkumandang.
Pada 20 Januari 1946, satu peleton tentara KNIL melakukan patroli di rumah-rumah rakyat di Bua dengan alasan mencari senjata Jepang yang dirampas pemuda Luwu.
Karena tidak membuahkan hasil, tentara KNIL mengancam Andi Gau Opu Gawe, orang yang sangat dihormati rakyat untuk menyerahkan senjata-senjata itu dalam waktu tiga hari, kalau tidak rumah Opu Gawe akan dibakar.
Mereka juga mengobrak- abrik isi masjid, termasuk merusak Al-Quran.
Kejadian ini memicu amarah rakyat sehingga pada 23 Januari 1946 rakyat Luwu melakukan serangan ke tangsil KNIL.
Pada November 1949, eks Kapten KNIL, Reymon Westerling membentuk pasukan rahasia bernama Ratu Adil Indonesia (RAPI).
RAPI memiliki pasukan bersenjata yang disebut Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Pasukan ini bertujuan menggulingkan pemerintahan Soekarno.
RAPI melancarkan kudeta dengan menduduki kota Bandung, Jawa Barat. Setiap orang berseragam TNI dibunuh hingga menimbulkan korban sebanyak 94 orang.
Di saat Westerling menyerang Bandung, Sersan Meijer menyerang Jakarta untuk menangkap Soekarno. Beruntung aksi mereka gagal.
Meski begitu, APRA sempat menduduki kota Bandung untuk sementara waktu.