Tonny Uloli dan Marten Taha berdiskusi dengan warga Leato Selatan tentang nasib nelayan Gorontalo. Mulai dari kendala hingga kesejahteraan masuk dalam pembahasan.
***
BERINTI.ID, Kota Gorontalo - Tonny Uloli dan Marten Taha bertemu warga Leato Selatan, Jumat, 18 Oktober 2024.
Pada pertemuan ini pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 1 ini mengajak warga berdialog soal nasib nelayan.
Tonny Uloli mengatakan kehadiran pemerintah bisa menjadi satu jawaban atas tantangan yang dihadapi para nelayan.
Ini yang akan dilakukannya bersama Marten Taha jika diberi mandat memimpin Gorontalo lima tahun ke depan.
Artinya, ia dan Marten Taha akan selalu hadir memberikan solusi atas permasalahan nelayan.
"Setiap rakyat ada masalah, pemerintah harus hadir. Misalnya nelayan kesulitan menjual ikan tangkapannya," kata Tonny.
"Nah, pemerintah harus hadir menjaga harga pasar. Jangan sampai tangkapan nelayan banyak, tapi harga jualnya jatuh," sambungnya.
Apa yang disampaikan Tonny sudah mencakup masalah utang nelayan.
Lagi-lagi yang ditekankan Tonny adalah komitmen pemerintah dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya.
"Nelayan jangan ada utang, petani jangan ada utang. Nanti kita cari polanya. Ada anggaran, tapi pemimpinny berani, gak? Kalau [terpilih] kita berani yang penting itu untuk rakyat," tegasnya.
Melanjutkan apa yang disampaikan Tonny, Marten Taha mengungkapkan kendala yang dihadapi nelayan saat ini.
Sepanjang menjabat Walikota Gorontalo, Marten menemukan salah satu kendala nelayan ialah sulitnya mendapatkan solar bersubsidi untuk melaut.
Marten menemukan masalahnya ada pada penjualannya yang tidak tepat sasaran akibat permainan curang para oknum.
"Kadang nelayan mau beli [solar subsidi] sudah habis. Habis karena permainan oknum bukan nelayan yang membelinya, kemudian dijual lagi ke indsutri. Padahal industri pakai solah non subsidi," ungkap Marten.
"Ini salah satu masalah yang akan kami tangani sehingga para nelayan betul-betul bisa membeli solar bersubsidi untuk melaut," sambungnya.
Kendala lain yang dihadapi nelayan ialah ketersediaan es balok atau es batu untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan.
Ketika masih menjabat, Marten sudah membangun pabrik es balok, tapi kapasitasnya masih terbatas sehingga tidak mampu memenuhi permintaan yang datang dari hampir semua wilayah Gorontalo.
Tak sampai disitu, ada juga nelayan yang masih terjerat utang ke penampung.
Namun, hasilnya tetap buntung bagi nelayan. Pendapatan tak cukup, utang tak bisa ditutup.
"Makanya ini yang akan kita atasi. Tujuan kami nelayan di Gorontalo ada pendapatan dan keuntungan dari hasil melautnya. Biar pun punya utang, nelayan harus tetap untung," pungkasnya. (Ald)