TikTok Logo X Logo
Logo
Hulonthalo

Warga Paguyaman Temukan Potas di Bangkai Sapi yang Mati Mendadak 

Interview with microphones Kondisi sapi di Paguyaman yang mati mendadak (berinti.id)

Puluhan sapi di Paguyaman mati secara misterius. Warga sempat menemukan racun Potas di bangkai sapi. Temuan ini mengindikasikan jika sapi-sapi itu mati karena keracunan atau memang sengaja diracun.

***

BERINTI.ID, Boalemo - Kematian secara mendadak puluhan sapi di beberapa desa di Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo kini menjadi perhatian serius pemerintah Provinsi Gorontalo.

Pasalnya, hampir setiap hari sapi-sapi milik warga mati secara misterius dengan kondisi mulut mengeluarkan busa, punggung luka-luka, dan perut membengkak.

Aswin Pange, salah satu peternak yang menjadi korban dalam kejadian ini menduga jika puluhan sapi itu mati karena keracunan atau memang sengaja diracun.

Awalnya Aswin menduga kematian sapi miliknya hanya karena pengaruh hal-hal mistis.

Namun, dugaan keracunan menguat setelah Aswin dan peternak lain menemukan racun Potas, sejenis sianida untuk mengusir hama, di tubuh sapi.

"Awalnya kita tidak curiga, mungkin penyebab sapi mati itu karena pengaruh setan. Lama-lama kelihatan seperti keracunan. Dulu [pakai] Potas. Di mulut sapi yang belum mati kami temukan Potas," kata Aswin.

"Sekarang kita tidak tahu lagi kalau pakai [racun] apa, tapi yang jelas racun. Seperti punya saya, tidak sampai 30 menit mati [sapi]," sambungnya.

Menurut Aswin, kejadian ini berlangsung sejak tahun 2014 lalu, dan sempat terhenti sekitar tahun 2022-2023.

Namun, kejadian ini muncul lagi di awal tahun 2024. Jika dihitung, sudah puluhan sapi milik warga Kecamatan Paguyaman mati dengan kondisi yang sama.

"Mulai lagi tahun 2024 bahkan hampir setiap hari. Memang tidak satu tempat, tapi di beberapa kampung berdekatan ini," ujarnya.

"Kalau dihitung dari awal [tahun] sudah lebih dari 50 ekor. Mungkin keracunan, tapi tidak tahu pelakuknya siapa, dan pakai racun apa. Cuma awalnya itu Potas. Kita sempat belah perut sapi dan kita temukan Potas juga," ujarnya lagi.

Aswin mengaku sempat mengamankan barang bukti berupa racun Potas yang masih terikat dengan benang.

Barang bukti itu kemudian diserahkan ke polisi, tapi tak mendapat respons.

Mereka juga sudah melaporkan kejadian ini ke pemerintah setempat, tapi sia-sia karena barang bukti yang mereka temukan dinilai tidak kuat.

"Masih ada sisa racun Potas yang diikat dengan benang, tidak sempat di makan [sapi]. Pernah kami bawa ke polisi, tapi tidak tahu bagaimana kelanjutannya," pungkasnya.

Lakukan penyelidikan

Setelah kasus ini beredar di media massa, Dinas Pertanian, Bidang Peternakan Provinsi Gorontalo langsung melakukan penyelidikan.

Berdasarkan temuan sementara pemerintah, penyebab kematian sapi-sapi milik warga itu tidak menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit Antraks.

Kepala UPTD Laboratorium Veteriner Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Agustina Kilapong mengatakan untuk memastikan penyebab kematian sapi milik warga, pihaknya akan melakukan pemeriksaan laboratorium.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium dapat diketahui apakah penyebab kasus ini memang benar keracunan atau tidak.

"Kalau saya lihat dari foto-foto yang dikirimkan, bercak-bercak di muka atau mulut berbusa pada sapi, itu bukan Antraks. Bisa jadi racun, tapi kita lihat dari uji lab nanti," katanya.


×

Search

WhatsApp Icon Channel WhatsApp